Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) yang merupakan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menyelenggarakan 31 program Diklat pada tahun 2011. Program Diklat yang diselenggarakan BDTBT ditujukan untuk pelaku kegiatan pertambangan, dalam hal ini adalah aparatur Pemerintah, Akademisi, dan Perusahaan Tambang.-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
Pelatihan Tambang Bawah Tanah Tahun 2011
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) yang merupakan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menyelenggarakan 31 program Diklat pada tahun 2011. Program Diklat yang diselenggarakan BDTBT ditujukan untuk pelaku kegiatan pertambangan, dalam hal ini adalah aparatur Pemerintah, Akademisi, dan Perusahaan Tambang.Ada Miyabi di Cilacap
Pagi itu aku langsung ditodong oleh anak-anak untuk pergi ke pantai. Ya OK-lah, lagipula memang sudah lama aku tidak menengok Pantai Teluk Penyu Cilacap. Anak-anak membawa alat-alat permainan untuk menggali pasir. Selain itu juga tentu saja membawa baju ganti karena hampir bisa di pastikan akan berbasah-basah di pantai. Kalau Ela anakku yang paling besar dulu masih takut-takut untuk nyebur ke pantai, mungkin sekarang dengan umurnya yang sudah 4 tahun lebih akan lebih berani. Kalau adiknya mungkin baru akan dikenalkan dengan air laut sekarang ini. Nah coba kita lihat apakah mereka sudah berani langsung nyebur ke laut.
Ela di Teluk Penyu Cilacap
Yah.... Ternyata Ela memang sudah berani untuk nyebur ke laut, meski awalnya sempat takut-takut. Sepertinya dia sangat menikmati bermain dengan debur ombak di sana. Sempat juga muntah-muntah karena menelan air, tetapi itu tidak membuatnya kapok. Wah, hari ini kamu jadi anak pantai nak... Biasanya kamu kan anak gunung di Sawahlunto sana... hahaha.. Berbeda dengan adiknya, saat ini masih takut untuk masuk ke air. Jadi cukuplah bermain gali pasir di tepian pantai saja.
Setelah cukup puas bermain di pantai, aku dan keluarga cuci-cuci kaki di Toilet Umum. Kalau anakku karena memang sudah nyebur ke laut ya sekalian mandi dan ganti baju. Setelah ini kami berencana menuju Kebon Sayur, yaitu kampung Mbah-nya anak-anak, orang tuaku di Cilacap. Sepanjang jalan kami melewati Jalan Achmad Yani dan Jalan Veteran. Bukannya karena aku baru pulang dari Jepang maka tiba-tiba tertarik dengan sebuah Restoran Jepang milik Hotel Wijaya Kusuma di tepi jalan tersebut.
Miyabi di Cilacap
Restoran ini namanya mirip dengan artis Jepang yang lagi ngetop di Indonesia... :-) Meski penasaran, Aku juga belum sempat untuk googling mengenai arti dari kata Miyabi itu sendiri. Kalau dari sisi usia, mungkin restoran ini lebih tua umurnya dari sang artis. Semenjak aku masih SD hingga SMP setiap hari bolak-balik menuju ke Sekolah pasti melewati restoran ini.
Pulang dari Kebon Sayur akupun tertidur bersama anak-anak. Capek banget, lagipula sore ini aku harus langsung berangkat kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Purwajaya. Dan sekali lagi harus berpamitan dengan keluarga untuk kembali ke Sawahlunto... Sampai nanti ya... Januari kita kembali ke Sawahlunto bersama-sama...
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 6 - Dari Akihabara Kembali ke Indonesia
Inilah hari terakhir di Kushiro. Setelah check-out dari hotel, kamipun menaiki bus untuk menuju bandara yang akan mengantar kami kembali ke Tokyo. Sebuah kejutan, ternyata sensei-sensei dari Kushiro Coal Mine juga datang untuk melepas kepergian kami. Walau cuma singkat waktunya, tetapi terasa cukup berkesan...
Jadwal hari ini selepas dari Kushiro sebenarnya adalah pengisian kuisioner di kantor JCOAL. Tetapi apalah artinya pergi ke Tokyo jika belum sempat mampir ke Akihabara. Atas dasar pemikiran tersebut maka seluruh anggota rombongan sepakat kuisioner telah diisi pada malam harinya. Sehingga pagi hari ini tinggal menyerahkan kepada Kadoguchi San selaku penanggungjawab pelatihan. Beliau ini memang sudah Indonesia banget jadi sudah maklum dengan sifat orang Indonesia yang suka Shopping... :-)
Kami tiba di Akihabara sudah jam 14.30 sesuai perjanjian, jam 16.00 harus sudah kembali berkumpul untuk check-in di Tokyu Hotel. Jadi cuma ada waktu satu setengah jam untuk melihat-lihat barang di sana. Ya harus dipuas-puaskan, masih untung bisa mampir.
Akihabara (秋葉原 ) atau Pusat Elektronik Akihabara (Akihabara denki-gai) adalah wilayah pusat perbelanjaan yang terletak di sekitar Stasiun Akihabara, Tokyo, Jepang. Pusat perbelanjaan ini tepatnya berlokasi di kawasan Akihabara, distrik kota Taitō dan kawasan Soto-kanda di distrik kota Chiyoda. Akihabara sering disingkat sebagai Akiba. Akihabara merupakan pusat dari anime, manga, doujinshi, dan komputer di Jepang, sehingga disebut sebagai surganya otaku di bidang anime, manga, dan permainan video. (Wikipedia)
Akihabara, a picture from terraspirit.com
Kelebihan dari Akihabara adalah bebas pajak bagi orang asing syarat dengan menunjukkan Paspor, ini yang dikenal dengan istilah Duty Free. Kalau melihat barang-barang yang dijual di sana terutama barang elektronik sebenarnya dari sisi harga tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Karena kalau kita menemukan yang murahpun ternyata juga buatan China. Aku juga tidak banyak membeli barang, cukup sekedarnya saja buat si kecil di rumah. Maklumlah duit dari Jepang juga sudah cekak, habis untuk biaya makan, melepon dan jalan selama hampir seminggu ini. Hanya dua toko yang sempat dilihat yaitu LAOX dan sebuah toko lagi di seberang jalan. LAOX cukup dikenal karena direkomendasikan oleh orang-orang JCOAL dan ada Pegawai Indonesia di sana. Dan entah bagaimana, toko di seberang jalanpun juga ada pegawainya yang orang Indonesia, orang Sumatera Barat pula...
Nongkrong di Depan LAOX
Akhirnya selesai juga dari Akihabara, rombongan menuju Tokyu Hotels untuk bermalam. Hotel ini terletak jauh dari pusat keramaian Tokyo. Dijamin sulit untuk bisa kemana-mana. Untuk pergi sendiripun jarang orang asing yang berani. Bagaimana tidak, selain orang Jepang jarang yang bisa berbahasa Inggris, tulisan-tulisan di tempat umum pun semuanya huruf Kanji. Mungkin ini di sengaja untuk meminimalisir kemungkinan anggota rombongan ngelayap sendirian... hehehe....
Yah.... Sekarang saatnya beristirahat, karena esok hari semua akan kembali ke Indonesia. Kembali kepada aktivitasnya masing-masing. Semoga jalinan persahabatan akan tetap hangat walaupun sudah saling berjauhan. Sampai di sini saja Catatan Perjalanan di Kushiro ini berakhir. Tetapi bukan berarti aku akan berhenti menulis, mudah-mudahan jika waktunya memungkinkan, akan aku sempatkan paling tidak seminggu sekali tetap meng-update blog ini.
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 5 - Road Development
Pagi ini terasa lebih dingin. Kebetulan seorang teman yang mencoba keluar semalam juga sampai mimisan, katanya suhu semalam mencapai minus enam derajad. Di dekat perempatan jalan menuju hotel memang ada semacam informasi tentang suhu udara di sekitarnya. Jadi wajar saja sisa-sisa dingin masih terasa menggigit meskipun matahari bersinar cerah.
Hari ini merupakan kuliah terakhir di Kushiro Coal Mine (KCM). Rencananya pagi ini kami akan mengunjungi lokasi development sebuah panel penambangan tepatnya pada gate NO9-12CM yang telah maju 500 meter dan gate NO11-12CM sejauh 360 meter. Sama seperti hari kemarin, kami berangkat menggunakan ManCar dan turun dekat lokasi gate NO9-12CM yang sedang digali. Selanjutnya disambung dengan berjalan kaki menuju lokasi.
Development Panel di Kushiro
Model penggalian yang dilakukan adalah menggunakan Continuous Miner sebagai alat gali, Shuttle Car sebagai alat muat dan angkut serta Belt Conveyor sebagai alat angkut jarak jauhnya. Material yang diperlukan disuplai dengan menggunakan sledge atau shear ship. Karena ini adalah penggalian untuk pembuatan panel penambangan, maka batubara langsung dapat dihasilkan. Karena rombongan peserta pelatihan berjumlah 18 orang, ini menjadi suatu kesulitan tersendiri. Untuk dapat menyaksikan peralatan ini beroperasi terpaksa harus bergiliran dibagi menjadi dua kelompok. Buat aku ini menjadi hal yang menarik. Seperti yang kita ketahui, di Sawahlunto sendiri penggalian lubang bukaan adalah menggunakan Road Header. Sehingga untuk dapat melihat operasional Continuous Miner secara langsung adalah suatu pengalaman baru. Selama ini kita hanya dapat melihat lewat videonya saja.
Dengan hanya mengunjungi lokasi penggalian gate NO9-12CM saja waktu sudah berjalan dengan cepat, sehingga kami harus segera kembali ke luar tambang. Benar saja, tiba kembali di permukaan sudah menjelang jam 12.00 saatnya istirahat. Seperti hari kemarin, kami memilih untuk tidak mandi. Bukannya apa-apa, ternyata setelah diniati mau mandi ternyata model mandi di sana adalah mandi rame-rame. Walah... ya belum biasa...
Saat istirahat sempat naik bukit di dekat kelas
Pelajaran di kelas siang hari ini banyak didominasi diskusi tentang keekonomisan dari tambang batubara bawah tanah. Siapapun tahu, Underground Mine itu High Cost sehingga perusahaan sedapat mungkin masih menggunakan Open Pit. Sedikit diterangkan tentang Operasional Cost untuk KCM dan ternyata biaya terbesar di sana adalah dari sisi upah pekerja. Sedikit banyak hal itu dapat menjadi gambaran apakah akan menguntungkan jika diterapkan model penambangan yang sama di Indonesia. Meskipun untuk dijadikan patokan sangatlah tidak mungkin, karena kondisinya juga jelas berbeda apalagi jika dikaitkan dengan kebijakan pemerintah sendiri.
Pada akhir perkuliahan langsung dibagikan Sertifikat Pelatihan dari NEDO. Ini sangat penting untuk pelaporan nanti setelah tiba kembali di Indonesia. Sekaligus juga diumumkan bahwa malam ini akan diadakan jamuan perpisahan antara peserta pelatihan dengan para instruktur dari KCM.
Malam Ramah Tamah
Malam hari kami bersama-sama dengan para instruktur yang menjemput di hotel berangkat menuju sebuah restoran. Jarak restoran memang tidak terlalu jauh, sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah mencicipi seluruh makanan yang terus-menerus mengalir di meja makan, jamuan pun ditutup dengan Kanpai bersama-sama. Kanpai adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang Jepang pada saat toast. Kamipun berpamitan untuk kembali menuju hotel, sudah terbayang untuk menonton Bambang Pamungkas dan kawan-kawan menghadapi Philipina lewat internet TV live streaming. Selamat Malam.... Gochisousama Deshita Sensei!....
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 4 - Tambang Bawah Tanah Kushiro
Bangun pagi dengan sedikit rasa malas karena memang masih enak-enaknya untuk tidur. Dari gorden yang sedikit tersibak nampak salju tipis terhampar di jalanan. Cuaca cukup cerah pagi ini sehingga sedikit banyak menambah semangat untuk memulai pelatihan. Bukankah hari ini akan masuk ke lubang tambang?... Ya... kedengarannya cukup menarik.
Setelah mandi dan menghabiskan dua cup mie instant, aku langsung menuju lobby. Sebagian rombongan sedang sarapan, sebagian lagi memilih cukup dengan bekal mie instant di perut. Memang beberapa orang cukup berhati-hati dalam memilih makanan. Meskipun sudah ada dua cup mie instant dalam perutku, rasanya memang tetap kurang "nendang". Jadi sekali lagi aku turut bergerilya mencari masakan yang cocok di restoran hotel. Sayang banget.... kan memang udah jatahnya :-)
Melihat salju tipis terhampar di jalan, rombongan kembali kumat narsisnya. Apalagi kalau bukan foto-foto. Panitia juga maklum, karena memang dari tahun ke tahun ya seperti itu kejadiannya. Apalagi yang namanya urusan jam karet, ini juga nggak sembuh-sembuh. Masih ada saja yang telat di hari ke 3 ini.
Kushiro yang sepi
Sampai ke Pusat Pelatihan, kami langsung diarahkan untuk berganti pakaian. Dengan pakaian berlapis-lapis memang terasa kurang nyaman. Segera setelah mengenakan peralatan safety dan briefing tentang K3 tambang, rombongan langsung menuju lubang tambang bawah tanah. Sedikit disayangkan, hal ini tidak terdokumentasikan karena memang peraturannya dilarang membawa kamera ke dalam tambang bawah tanah.
Kendaraan yang dipakai untuk masuk lubang adalah ManCar dalam jalur rel. Sekitar 5 menit kemudian sampailah ke jalan masuk panel batubara yang akan dikunjungi. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Panel ini sebenarnya masih dalam tahap penginstallan peralatan terutama untuk di bagian front, yaitu peralatan Power Roof Support dan Drum Cutter. Boleh dibilang, peserta pelatihan kali ini agak terlalu banyak, sehingga penjelasan pimpinan instruktur agak kurang jelas. Maklumlah di dalam tambang kan ruangannya sempit, jadi bagaimana peserta yang paling belakang dapat mendengar jelas penjelasan instruktur yang berada di depan...
Kami keluar tambang menjelang tengah hari. kebiasaan setelah keluar dari tambang, peserta pelatihan ditawarkan untuk mandi. Tetapi seperti sudah ada kesepakatan tidak ada satupun yang mau mandi. Karena di samping malas, sepertinya badan juga tidak terlalu kotor-kotor amat ya. Minum wedang kopi dan ududan (merokok) jadi pilihan utama setelah berganti baju dan istirahat.
Suasana di Kelas
Pelajaran di kelas dibuka dengan menyajikan kualitas batubara di Kushiro disambung dengan kondisi geologi dan teknologi penambangan secara umum di sana. terjadi diskusi dan tanya jawab yang lumayan seru. Peserta pelatihan dari Kusuma Raya Utama Bengkulu mungkin yang sering ditanggap untuk berbagi pengetahuan teknologi tambang di lokasinya. Yah, di sana memang agak sedikit berbeda terutama teknologi penyanggaannya, karena menggunakan teknologi China. Kapan-kapan aku juga akan menulis khusus tentang teknologi penambangan baik di Kushiro, Bengkulu ataupun tempat lainnya di luar Catatan Perjalanan ini. Doakan saja supaya aku nggak kumat malesnya :-)
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 3 - Kushiro
Dan tepat seperti dugaan aku sebelumnya, malam ini setelah menginap di Kushiro dalam kamar memang free internet. Menurut sang penerjemah, di Jepang memang sudah standar untuk kamar hotel ada fasilitas internet gratis. Jadi Shinagawa Prince Hotel yang mungkin sudah masuk kategori hotel bintang lima malah tidak menyediakannya. Ini adalah suatu kekecualian katanya. Aneh banget.
OK, kembali pada hari terakhir sebelum meninggalkan Tokyo, untuk menuju Kushiro ditempuh dengan menggunakan Pesawat dari Bandara Haneda. Kushiro sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Subprefektur Kushiro, Hokkaido, Jepang. Kota ini merupakan ibukota dari Subprefektur Kushiro. Kushiro memiliki bandara bernama Bandara Kushiro. Dari Bandara langsung menuju ke Hotel Route Inn, dan sekali lagi hanya untuk menitip barang karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor Kushiro Coal Mining Co. Ltd yang sekaligus menjadi Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro.
Di sana kami diterima langsung oleh pimpinan perusahaan, yaitu Mr. Yasunori KIKUCHI. Setelah ada sedikit upacara penyambutan, langsung diisi dengan kuliah atau pengenalan Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro. Pada kuliah pertama ini sebenarnya lebih tepat disebut pengenalan perusahaan tersebut. Sebagai pembuka diputarkan film tentang tambang batubara bawah tanah. Kalau aku mungkin sudah terlalu sering melihat film tersebut, lha.. wong hampir tiap kali mengajar tentang tambang bawah tanah ada beberapa bagian dari film tersebut yang dicuplik sebagai materi. Maklum saja, tempat aku bekerja kan memang sudah lama bekerjasama dengan pemerintah Jepang tentang alih teknologi tambang batubara bawah tanah
Setelah kuliah di kelas, kegiatan disambung lagi dengan melihat fasilitas pelatihan. Pertama-tama kami dibawa ke Central Monitoring System, yaitu suatu sistem pemonitoran terpusat dalam tambang bawah tanah. Di sana kita dapat mengontrol dan mengawasi kegiatan dalam tambang bawah tanah. Di dalam lubang tambang sudah ditempatkan kamera dan sensor gas-gas berbahaya, sehingga dapat dipantau di layar monitor. Menurut petugas yang menerangkan, sensor gas yang dipasang dalam lubang tambang tersebut sekarang sudah dibuat oleh mereka sendiri.
Central Monitoring System
Kemudian kami dibawa menuju kelas, di sana ada beberapa peserta pelatihan yang berasal dari Vietnam. Berdasarkan penjelasan dari Sensei Kushiro, ada 14 orang peserta yang berasal dari China dan 14 orang yang berasal dari Vietnam yang belajar teknologi tambang batubara bawah tanah.
Bersama dengan orang-orang Vietnam, Sensei menunjukkan betapa berbahayanya gas methane yang ada di ada di dalam tambang batubara bawah tanah. Hal itu ditunjukkan dalam rangkaian percobaan dengan mengalirkan gas methane pada suatu tiruan lorong. Kemudian membuat suatu percikan api sehingga menghasilkan suara ledakan yang begitu keras. Memang sengaja para peserta dibuat kaget, hal ini agar mendapatkan efek tidak mudah lupa bahwa ada suatu gas berbahaya dalam tambang yang mudah meledak sehingga harus selalu berhati-hati dalam bekerja.
Peralatan Percobaan Ledakan Gas Tambang Batubara Bawah Tanah
Sebenarnya di Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto peralatan-peralatan tersebut juga ada, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Semua itu hasil hibah dari pemerintah Jepang dalam rangka kerjasama alih teknologi tambang batubara bawah tanah. Simulasi ledakan gas batubara menutup perkuliahan hari ini. Esok pagi dijadwalkan akan langsung masuk ke dalam lubang tambang bawah tanah.
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...





















